Minggu, 17 Juni 2012

oknum yang terkait


           



Rasanya gak afdol udah baca blognya tapi belomkenal sama oknum terkait yang ngebuat blognya. Sebelumnya asal tau aja blog ini dibuat untuk sekedar mengemban tugas dari sang guru pak budi tercinta #eah, nih saya selipkan foto bapaknya biar sekalian ikut narsis. 
ah cie bapaknya stay cool. buat sekedar kenalan aja gak ada unsure narsis atau unsure pamer kecantikan disini karena semua apa adanya #eah #lagi. 



Yang pertama namanya Euis Hodijah, nih die orang nyasar dari arab gajelas asal-usulnya. Dia cantik kan? Liat deh mukanya seperti ada bekas dicium aspal kan? Haha… orang yang paling lama fotonya tuh dia,  ribet banget, ngebakar foto sukanya #ek . liat ajadah kelakuan gaada pacar, pohon pun jadi





Yang kedua namanya Retno Tri Restyana anaknya pak Mar, suaminya bu Bach, die juga ribet potonye.. ngajakin keliling sekolah dulu. diamah anak geng motor jati, jangan ada yang berani sama dia. liat aja gayanya tengil gitu.



Yang ini namanya Elisa Nurmalita paling cantik ;P. nyang potoin rada-rada kayaknya, orang belom siap difoto sih.... dia itu orangnya baik gak kayak yang sebelum-sebelumnya, makanya ia dianugrahi segala hal yang paling baik dari Allah SWT. *Sekali lagi disini tidak ada unsure kenarsisan* hehe.. jangan sirik! sirik tanda tak mampu asy-syirkul kabir 



terus yang terakhir ini namanya Nuraini Rahmatika, si mata empat yang cantigg… tadinya dia rebutan tempat foto sama si korma arab tapi yang besar memang selalu menang. maaf buat yang besar,ini semua terjadi begitu saja T.T



NB: atas segala sesuatu yang telah diketik secara sah tak dapat diganggu gugat, pecah berarti membeli!! Semangat! Gogogo fighting!

Apa pendapat mereka tentang Green School? Hmmm..

SMA YPI “45” Bekasi


Bu Endang Setiawati, Wakil Kepala Seklah Bidang Pendidikan


“Program GGS sangat mendukung sekali, karena dengan adanya program tersebut maka lingkungan sekolah akan semakin hijau. Ini akan sangat membantu mengurangi polusi, udara menjadi segar dan tidak panas, sehingga kegiatan belajar mengarjar menjadi nyaman. Selain itu, dapat mengajarkan siswa berperilaku sehat, dapat menjaga lingkungan untuk tidak menebang pohon sembarangan, mengajarkan siswa untuk menanam tanaman dan mengenalinya.”





Ilma Naviah De Sabrini, Ketua MPK periode 2011-2012


“Hhmmm apa ya?? *mikir* Ahaaa…! go green itu hal yang sangat baik dan positive untuk dilakukan. Membawa perubahan untuk dunia dengan hijaunya pepohonan dan memperbanyak oksigen di muka bumi ini. Ayo generasi muda mari hijaukan bumi kita untuk hidup tanpa global warming.”



Muhammad Ali Ridha, Ketua OSIS periode 2011-2012


“Menurut gua GGS itu program bagus soalnya punya beberapa kelebihan di bidang kesehatan (membuat udara bersih dan mengurangi proses pemanasan global), kebersihan dan kerapian (sampah dipilah-pilah sesuai dengan jenisnya sehingga terlihat bersih dan rapi), dan keindahan (dengan banyaknya tumbuhan membuat pemandangan lebih asri dan indah).”

Sabtu, 16 Juni 2012

Let's See How Go Green School Program on YPI SHS 45 Bekasi! \(^_^)/




            




SMA YPI “45’ Bekasi adalah salah satu sekolah yang patut dicontoh untuk menjadi Green School yang sukses, terbukti dari lingkungannya yang hijau dan kaya akan berbagai jenis tumbuhan dibandingkan dengan sekolah-sekolah lainnya di Bekasi. Banyak program-program yang mereka tetapkan dalam melestarikan penghijauan lingkungan, antara lain sebagai berikut.

A.                 Resapan Air

Sistem resapan air di SMA YPI “45” adalah dengan membuat lubang biopori pada tanah. Dengan begitu air akan masuk ke tanah dan mencegah kebanjiran di daerah tersebut. Selain itu, daun – daun kering yang gugur dari pohon lama-kelamaan akan hancur dan menjadi humus. Ketika tanah disirami air, humus akan ikut terserap oleh biopori tanah bersamaan dengan air. Humus sangat berguna karena dapat membantu menyuburkan tanah.


B.                Pembuatan Kompos

Dengan memanfaatkan sampah organik, kita dapat membuat kompos. Tentu saja sampah itu adalah daun – daun kering yang gugur dari pohon. Di SMA YPI “45”, daun – daun kering tersebut dikumpulkan dalam sebuah tong sampah. Beberapa hari kemudian dau – daun kering tersebut akan berubah menjadi pupuk kompos dan siap digunakan.


Pembuatan kompos tentu memiliki banyak manfaat dan dampak positif. Selain dapat menghemat pengeluaran dan memanfaatkan sampah, pupuk kompos juga baik untuk tanaman serta tidak merusak unsure hara dalam tanah karena bersifat menyuburkan dan tidak mengandung bahan kimia.


C.                Green House


Green House atau Rumah Pembibitan dibangun khusus untuk pembibitan tanaman. Green House ini akan sangat membantu dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), para siswanya akan dikenalkan dengan berbagai jenis tumbuhan serta memahami manfaatnya. Selain itu, kita dapat membudidayakan tanaman di Green House ini





D.                Kegiatan Berkebun


Kegiatan berkebun ini dimasukkan ke dalam daftar KBM. Para siswa diajarkan bagaimana cara menanam dan memelihara tanaman. Dengan begitu, para siswa akan termotivasi untuk berkebun di rumahnya sendiri dan melestarikan penghijauan di lingkungan rumahnya.




Dibawah ini beberapa galeri dari hijaunya SMA YPI 45

ini spanduk keikutsertaan green school. sedikit lusuh memang karena udah lama sekitar tahun 2006-an


kalau yang ini salah satu contoh kegiatan hijau yang diadakan di sekolah kita, membuat kebun hijau kecil. 


cantik kan...

ikan pun hidup bahagia disini,soalnya airnya jernih, asupan oksigennya juga jernih
ini juga cantik kan...

Jumat, 15 Juni 2012

Go Green on The School


            Salah satu cara sederhana dan tidak terlalu rumit dalam mengatasi Global Warming atau Pemanasan Global adalah dengan penghijauan lingkungan. Penanaman banyak pohon di berbagai lokasi akan sangat membantu dalam menyejukkan udara dan mengurangi polusi karbon dioksida yang menyebabkan kerusakan pada lapisan ozon.

            Kita dapat memulai penghijauan di lingkungan sekitar kita, seperti sekolah, rumah, dan lain-lain. Kali ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai penghijauan di lingkungan sekolah atau yang sering disebut dengan Go Green School.

            Banyak yang bisa dilakukan untuk melestarikan penghijauan di sekolah, seperti penanaman berbagai tanaman di sekolah, menjaga kebersihan dengan kerja sama antara para siswa dan pihak sekolah dalam menetapkan kebijakan dan disepakati bersama, serta menumbuhkan kesadaran kepada para siswanya akan pentingnya melestarikan penghijauan dan manfaat yang diperolehnya.

Kamis, 14 Juni 2012

Berkenalan yuk dengan Global Warming ;)



Belakangan ini, suhu bumi semakin terasa panas. Bahkan daerah puncak di Bogor pun yang dahulunya sejuk dan dingin sekarang kesejukan itu sudah tidak terasa lagi. Ini salah satu contoh yang membuktikan bahwa lapisan ozon bumi semakin menggundul.  Itu adalah salah satu tanda-tanda Global Warming atau Pemanasan Global.

Apa itu Global Warming?
Global Warming atau kalau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai pemanasan global merupakan suatu proses meningkatnya suhu udara yang terjadi pada atmosfer, laut ataupun di daratan bumi.  Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, suhu udara rata-rata  pada permukaan Bumi selama 100 tahun terakhir telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F).

Mengapa Terjadi Global Warming?

Ada beberapa yang menjadi penyebab terjadinya global warming di bumi ini. Manusia termasuk salah satu penyebab terjadinya global warming/pemanasan global. Mengapa manusia juga termasuk salah satu penyebab terjadinya global warming? Jawabannya adalah karena manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Lho, apa hubungannya antara manusia dengan karbondioksida? Manusia saat bernafas menghirup oksigen dan melepaskannya dalam bentuk karbondioksida. Sedangkan karbondioksida merupakan salah satu faktor penyebab Gas Rumah Kaca yang menjadi penyebab terjadinya Global Warming. Oleh karena itu tumbuhan sangat kita perlukan untuk mengurangi dampak Global Warming/Pemanasan Global. Karena tumbuhan/tanaman dapat menyerap karbondioksida saat proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya.

Dibawah ini akan kita jelaskan secara terperinci mengenai Penyebab Terjadinya Global Warming/Pemanasan Global yang saya kutip dari Wikipedia :
1. Efek Rumah Kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
 2. Efek Umpan Balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunnya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
3. Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat “keterangan” dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat “keterangannya” selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.

Apa akibat yang akan terjadi?

Di bawah ini merupakan dampak-dampak dari Global warming : 
Puncak Alpen akan mencair seutuhnya.

Gletser yang mundur dalam hangat, kering musim dingin dan musim panas yang disebabkan oleh pemanasan global, dan meskipun hujan salju ski di musim 2008-2009 adalah substansial, keseluruhan tahun-tahun terakhir telah melihat kurang salju di ketinggian rendah, dan surut gletser dan permafrost mencair lebih tinggi – dengan dampak signifikan pada musim dingin kegiatan pariwisata. Diperkirakan bahwa gletser akan hilang antara 2030 dan 2050. Italia dan Swiss telah memutuskan untuk redraw perbatasan mereka dibubarkan setelah pemanasan global Alpine gletser yang menandai perbatasan antara kedua negara.

Hutan Hujan Amazon akan berubah menjadi padang pasir.

Amazon adalah dunia hutan hujan tropis terbesar. Namun, pemanasan global dan penggundulan hutan yang membalik peran hutan sebagai karbon, mengubah 30-60% dari hutan menjadi padang rumput kering. Proyeksi menunjukkan hutan bisa hilang sepenuhnya pada tahun 2050.

Hewan-Hewan Akan Mengecil

Pemanasan iklim dapat mendukung spesies kecil lebih besar. Penelitian, analisis didasarkan pada massa tubuh ikan, plankton, dan bakteri dalam ekosistem Eropa, datang hanya beberapa minggu setelah para ilmuwan melaporkan bahwa domba di Pulau Skotlandia yang menyusut karena kondisi hangat. Studi baru menunjukkan bahwa spesies individu kehilangan rata-rata 50 persen dari massa tubuh mereka selama 30 tahun. Pengurangan ukuran tubuh adalah yang ketiga respon ekologi universal pemanasan global. Domba studi sebelumnya menyarankan agar musim dingin yang lebih pendek dan lebih ringan berarti domba tidak perlu memakai sebanyak berat badan seperti dulu untuk bertahan hidup mereka tahun pertama kehidupan, suatu faktor yang juga dapat mempengaruhi populasi ikan. Meskipun demikian para peneliti mengatakan pergeseran bisa mengubah rantai makanan, dengan puncaknya predator yang terutama dipengaruhi oleh penyusutan mangsa.

Terumbu Karang Great Barrier Reef akan hilang 20 tahun kemudian.

The Great Barrier Reef akan sangat rusak oleh pemanasan air yang akan dikenali dalam waktu 20 tahun. Charlie Veron, mantan kepala ilmuwan dari Australian Institute of Marine Science, kepada The Times: “Tidak ada jalan keluar, tidak ada celah. Great Barrier Reef akan selesai dalam waktu 20 tahun atau lebih. “Begitu karbon dioksida telah menghantam tingkat untuk memperkirakan antara 2030 dan 2060, semua terumbu karang punah” katanya. 

2000 Pulau di Indonesia akan Tenggelam

Setidaknya 2.000 pulau-pulau kecil di seluruh kepulauan Indonesia dapat menghilang pada tahun 2030 sebagai akibat dari penambangan yang berlebihan dan lain kegiatan yang merusak lingkungan. Indonesia telah kehilangan 24 dari yang lebih dari 17.500 pulau.





Maladewa mungkin tenggelam.

Flattest terendah dan negara di dunia menderita erosi pantai, dan bisa menemukan sendiri tenggelam jika permukaan laut terus meningkat, dengan pertumbuhan pulau-pulau yang lebih kecil dan lebih kecil. Prediksi ekstrim ini adalah menghancurkan prospek untuk penduduk dan berita buruk bagi wisatawan yang turun di pantai putih yang lembut dan air hangat setiap tahun. Para ilmuwan memberikan hanya sekitar seratus tahun sebelum benar-benar menghilang ke laut sekitarnya.

Gurun Sahara akan menjadi padang rumput.
Ilmuwan melihat tanda-tanda bahwa gurun Sahara dan daerah sekitarnya menjadi semakin hijau karena meningkatnya curah hujan. Jika berkelanjutan, hujan ini bisa merevitalisasi daerah dilanda kekeringan, reklamasi mereka untuk pertanian masyarakat.
Badai akan menjadi lebih besar dibandingkan Badai Katrina.
Belum dapat dipastikan apakah Badai Katrina berhubungan dengan global warming, tetapi ada indikasi bahwa global warming akan menghasilkan badai dengan kategori 5 dan Katrina hanya Kategori 4 ketika menghantam Louisiana. Pemanasan global juga membuat badai lebih merusak dengan menaikkan permukaan laut, yang mengakibatkan banjir pantai yang lebih serius.

London akan hilang tenggelam pada 2100.
Hal ini tidak hanya karang dan dataran rendah pulau-pulau yang berada di bawah ancaman dari pemanasan global. Bahkan, ancaman utama bagi mereka adalah daerah perkotaan besar yang beresiko akhirnya menjadi terendam air. Hal ini disebabkan oleh perubahan permukaan laut yang terjadi ketika terjadi pemanasan global, sehingga kota-kota pesisir sedang dihancurkan oleh banjir. Puluhan kota-kota di dunia, termasuk London dan New York, dapat banjir pada akhir abad ini, menurut penelitian yang menunjukkan bahwa pemanasan global akan meningkatkan permukaan air laut lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya. London adalah salah satu ibu kota dunia utama yang beresiko tinggi dari jenis banjir.


CARA MENANGGULANGI GLOBAL WARMING
  • Matikan listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).
  • Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
  • Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
  • Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
  • Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
  • Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
  • Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
  • Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
  • Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
  • Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
  • Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.
  • Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar mereka turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi.
GLOBAL WARMING DI INDONESIA

Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flora dan fauna khususnya di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30 persen atau sebanyak 90-95 persen karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut. Selain itu, penelitian dari Badan Meteorologi dan Geofisika menyebutkan, Februari 2007 merupakan periode dengan intensitas curah hujan tertinggi selama 30 tahun terakhir di Indonesia. Hal ini menandakan perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global.
Indonesia yang terletak di equator, merupakan negara yang pertama sekali akan merasakan dampak perubahan iklim. Dampak tersebut telah dirasakan yaitu pada 1998 menjadi tahun dengan suhu udara terpanas dan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Diperkirakan pada 2070 sekitar 800 ribu rumah yang berada di pesisir harus dipindahkan dan sebanyak 2.000 dari 18 ribu pulau di Indonesia akan tenggelam akibat naiknya air laut.


Pemanasan Global